Oleh: Dr. Abdul Mannan
Setiap orang punya beban. Beban itu berbeda-beda, tergantung seperti apa visi dan misi hidupnya. Visi dan misi hidup ini pula yang menentukan seperti apa seseorang menyikapi beban yang terpikul di pundaknya. Jika visi dan misi itu jelas maka beban yang berat terasa tak akan ada masalah.
Andai kita tanya kepada seseorang apa alasan ia memilih visi dan misi tertentu dalam hidupnya, sangat jarang kita temukan alasan yang bersifat fundamental, yang ingin mengubah hidup manusia sejagat. Meski ia tahu keinginan ini tak akan tercapai seutuhnya, minimal ia berusaha mengubah lingkungan di mana ia berada. Itulah visi dan misi seorang pemimpin.
Pertanyaannya, apakah sekarang ini masih ada pemimpin yang berorientasi menyelamatkan manusia sejagat? Jika ada, konsep apa yang akan ia pakai?
Saat ini umat manusia tengah menghadapi kesesatan yang berkepanjangan. Salah satu indikatornya adalah kesenjangan ekonomi yang luar biasa di masyarakat. Yang kaya makin kaya, yang miskin tambah miskin. Masyarakat tidak memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah terbangunnya jurang yang dalam antara si kaya dan si miskin itu suatu penyebab? Jelas bukan! Jurang itu adalah dampak, akibat, bukan sebab! Penyebab utamanya adalah sikap manusia yang telah meninggalkan Sang Pemilik Alam Semesta, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala (SWT).
Ketika manusia meninggalkan Sang Pencipta, maka berarti ia sudah tergoda untuk mencari landasan hidup yang tidak diajarkan oleh Allah SWT. Itulah landasan hidup yang dikarang oleh manusia sesuai dengan keinginannya. Ujung-ujungnya, apalagi kalau bukan kesesatan, kezaliman, dan mengikuti hawa nafsu.
Padahal, manusia punya keterbatasan berpikir, sementara Allah SWT maha luas pengetahuan-Nya. Manalah mungkin buatan manusia bisa mengalahkan buatan Sang Pencipta.
Sejarah telah mencatat hal ini. Perilaku penguasa yang berorientasi dunia berakhir dengan kehinaan. Namrud dan Fir'aun adalah contohnya. Begitu juga Hitler, Stalin, dan Musolini.
Anehnya, kezaliman sebagaimana dipertontonkan para penguasa itu tetap diikuti pula oleh para penguasa dunia sekarang ini. Yang paling tragis, kezaliman itu dipertontonkan oleh mereka yang justru kerap mengampanyekan hak asasi manusia (HAM).
Lihatlah penindasan yang dilakukan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya atas Irak dan Afghanistan. Begitu juga kesadisan Israel mengganyang Palestina. Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai polisi dunia tak berdaya menghadapi mereka.
Rupanya mereka mengamini apa yang diungkap pemikir Barat, Samuel Huntington, bahwa kaum Muslim dengan keimanannya adalah musuh paling berbahaya setelah komunis ambruk. Islam dianggap ideologi berbahaya yang harus segera dijauhkan dari kaum Muslim.
Lalu, apakah ada seorang visioner yang mau memikirkan perdamaian abadi di dunia ini? Pasti masih ada, entah di mana keberadaannya. Alasannya, Allah SWT pasti tidak pasif mengambil tindakan penyelamatan dunia. Dialah yang berkehendak atas segala sesuatu. Dialah yang menciptakan alam semesta in Apakah dunia ini dilestarikan atau dihancurkan, Dialah yang memiliki hak prerogatif.
Seorang visioner yang berniat menciptakan perdamaian dunia hanya bisa bergantung kepada pertolongan Allah SWT. Hanya melalui hidayah-Nya, seorang visioner akan mampu mengekspresikan munajatnya.
Dunia saat ini mengharapkan hadirnya seorang visioner religius yang seluruh urat nadinya teraliri ilham ilahiyah sesuai kehendak Allah SWT. Seorang visioner yang mampu menghentikan kezaliman manusia, mengubahnya dengan tatanan dunia yang terampuni.
Mari; memasuki tahun 2010 ini, kita niatkan dalam hati kita untuk ambil bagian dalam tugas mulia tersebut. Wallahu a'lam. *Sahid Januari 2010
Setiap orang punya beban. Beban itu berbeda-beda, tergantung seperti apa visi dan misi hidupnya. Visi dan misi hidup ini pula yang menentukan seperti apa seseorang menyikapi beban yang terpikul di pundaknya. Jika visi dan misi itu jelas maka beban yang berat terasa tak akan ada masalah.
Andai kita tanya kepada seseorang apa alasan ia memilih visi dan misi tertentu dalam hidupnya, sangat jarang kita temukan alasan yang bersifat fundamental, yang ingin mengubah hidup manusia sejagat. Meski ia tahu keinginan ini tak akan tercapai seutuhnya, minimal ia berusaha mengubah lingkungan di mana ia berada. Itulah visi dan misi seorang pemimpin.
Pertanyaannya, apakah sekarang ini masih ada pemimpin yang berorientasi menyelamatkan manusia sejagat? Jika ada, konsep apa yang akan ia pakai?
Saat ini umat manusia tengah menghadapi kesesatan yang berkepanjangan. Salah satu indikatornya adalah kesenjangan ekonomi yang luar biasa di masyarakat. Yang kaya makin kaya, yang miskin tambah miskin. Masyarakat tidak memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah terbangunnya jurang yang dalam antara si kaya dan si miskin itu suatu penyebab? Jelas bukan! Jurang itu adalah dampak, akibat, bukan sebab! Penyebab utamanya adalah sikap manusia yang telah meninggalkan Sang Pemilik Alam Semesta, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala (SWT).
Ketika manusia meninggalkan Sang Pencipta, maka berarti ia sudah tergoda untuk mencari landasan hidup yang tidak diajarkan oleh Allah SWT. Itulah landasan hidup yang dikarang oleh manusia sesuai dengan keinginannya. Ujung-ujungnya, apalagi kalau bukan kesesatan, kezaliman, dan mengikuti hawa nafsu.
Padahal, manusia punya keterbatasan berpikir, sementara Allah SWT maha luas pengetahuan-Nya. Manalah mungkin buatan manusia bisa mengalahkan buatan Sang Pencipta.
Sejarah telah mencatat hal ini. Perilaku penguasa yang berorientasi dunia berakhir dengan kehinaan. Namrud dan Fir'aun adalah contohnya. Begitu juga Hitler, Stalin, dan Musolini.
Anehnya, kezaliman sebagaimana dipertontonkan para penguasa itu tetap diikuti pula oleh para penguasa dunia sekarang ini. Yang paling tragis, kezaliman itu dipertontonkan oleh mereka yang justru kerap mengampanyekan hak asasi manusia (HAM).
Lihatlah penindasan yang dilakukan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya atas Irak dan Afghanistan. Begitu juga kesadisan Israel mengganyang Palestina. Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai polisi dunia tak berdaya menghadapi mereka.
Rupanya mereka mengamini apa yang diungkap pemikir Barat, Samuel Huntington, bahwa kaum Muslim dengan keimanannya adalah musuh paling berbahaya setelah komunis ambruk. Islam dianggap ideologi berbahaya yang harus segera dijauhkan dari kaum Muslim.
Lalu, apakah ada seorang visioner yang mau memikirkan perdamaian abadi di dunia ini? Pasti masih ada, entah di mana keberadaannya. Alasannya, Allah SWT pasti tidak pasif mengambil tindakan penyelamatan dunia. Dialah yang berkehendak atas segala sesuatu. Dialah yang menciptakan alam semesta in Apakah dunia ini dilestarikan atau dihancurkan, Dialah yang memiliki hak prerogatif.
Seorang visioner yang berniat menciptakan perdamaian dunia hanya bisa bergantung kepada pertolongan Allah SWT. Hanya melalui hidayah-Nya, seorang visioner akan mampu mengekspresikan munajatnya.
Dunia saat ini mengharapkan hadirnya seorang visioner religius yang seluruh urat nadinya teraliri ilham ilahiyah sesuai kehendak Allah SWT. Seorang visioner yang mampu menghentikan kezaliman manusia, mengubahnya dengan tatanan dunia yang terampuni.
Mari; memasuki tahun 2010 ini, kita niatkan dalam hati kita untuk ambil bagian dalam tugas mulia tersebut. Wallahu a'lam. *Sahid Januari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar