Tartil Al-Quran
Membaca Al Quran dengan tartil artinya membaca dengan menghadirkan hati (al-qira’atu ma’a hudhuri al-qalbi).
Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam membaca al-Qur’an dengan perlahan-lahan. Keluarnya huruf terucapkan dengan jelas. Tidak melewati ayat rahmat kecuali berhenti dan mohon kepada Allah, dan tiada melewati ayat siksa kecuali berhenti dan minta perlindungan Allah darinya.
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sungguh atas tanggungan Kami penjelasannya.” (QS al-Qiyamah : 16 - 19).
إِنَّ الْقُلُوْبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيْدُ فَقِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا جَلاَؤُهَا؟ فَقَالَ : تِلاَوَةُ الْقُرْآنِ وَذِكْرُ الْمَوْتِ (رواه البيهقي)
“Sesungguhnya hati-hati bisa berkarat sebagaimana besi.” Maka ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa penghilangnya?” Rasulullah menjawab, “Membaca al-Qur’an dan mengingat mati.” (HR al-Baihaqi).
Mengingat Allah (dzikrullah)
Dzikrullah akan menyelamatkan seseorang dari badai keraguan, was-was, kecemasan, kegoncangan dan segenap penyakit jiwa lainnya. Dengan selalu mengingat Allah hati seorang menjadi hidup. Dzikrullah dapat mendatangkan ketenangan, ketentraman, keyakinan dan kedamaian di dalam jiwa.
فَاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ (البقرة : 152)
“Ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu.” (QS. Al Baqarah/2 : 152).
فَلَمَّا تَرَآءَ الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوْسَى إِنَّا لَمُدْرَكُوْنَ . قَالَ كَلاَّ إِنَّ مَعِيْ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ . فَأَوْحَيْنَآ إِلىَ مُوْسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيْمِ (الشعراء : 61-62)
“Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa : Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul. Musa menjawab : Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku bersamaku, kelak Dia akan memberi petujuk kepadaku. Lalu Kami wahyukan kepada Musa : Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS asy-Syu’ara : 61-62).