05 Desember 2009

KERJA KERAS PENUH MUJAHADAH


Tidak ada istilah selesai dalam berjuang, selesai satu pekerjaan, angkat pekerjaan yang lain. Karena kerja itu sendiri adalah ibadah, apapun wujudnya akan di nilai Allah, tentu syaratnya adalah Ikhlas karena Allah. Ini yang terus dilakukan di Pesantren Hidayatullah Medan Polonia Sumatera Utara, dalam rangka mewujudkan Qryatan Mubarakah ( dalam bahasa kami : kampus yang diberkahi karena tegak didalamnya syari'at Allah).

TAJRI MIN TAHTIHA AL-ANHAR

Tidak sekedar membuat pesantren sebagai tempat belajar Agama sebagaimana orang membuat pesantren. Tetapi Pesantren ini harus mencerminkan Qaryatan Mubarakah. Kampus harus di desain semenarik mungkin. Kampus ini nantinya kedepan harus menggambarkan suasana surga, Tajri min Tahihal Anhar.
Salah satunya adalah dengan cara membuat sebagian lahan ini menjadi kolam. Kolam akan menjadikan kampus semakin menarik dipandang, disamping menjadi tempat budidaya ikan untuk memenuhi kekurangan kebutuhan operasional. berharap kepada Donatur saja , sampai hari ini masih sangat minim. Upaya - upaya terobosan harus dilakukan.

Tak terkecuali, untuk mewujudkan Qaryatan Mubarakah yang Indah dan Asri, pimpinan Pesantren ini harus terjun kedalam lumpur memimpin langsung penggalian kolam. lelah memang, tetapi puas rasanya. pelan - pelan tapi pasti. sebongkah - demi sebongkah kolam mulai kelihatan bentuknya.

Belum selesai memang. Tetapi sudah memberi nilai lebih dibanding sebelumnya. ya......ketika itu masih hutan belantara. menjadi seperti ini tentu melalui kerja keras yang panjang. Terkadang muncul perasaan lelah :....Kapan jadinya?............

GO GREEN SENTRA DAKWAH HIDAYATULLAH


GOO GREEN. Dakwah tidak selalu ceramah, menanam pohon, melakukan penghijauan kampus, mengurangi polusi udara kota ( kebetulan kampus ini ada di tengah - tengah kota, tetapi suasana tetap desa) , memberi kontribusi dalam mengurangi Global Warming ( pemanasan buni ) juga bisa disebut dakwah. dakwah bil haal namanya. kegiatan ini didukung para karyawan PT INDOSAT Medan. Para peserta ketika itu mencapai 80 orang, menanam pohon Mahoni, sebanyak 400 pohon, apokat 100 pohon, dan kelapa gading.