Keinginan mewujudkan Qaryatan Mubarakah, atau "The Islamic Green Village" sangat kuat, karena memang dalam mendakwahkan Islam Ini butuh peragaan langsung dalam wujud nyata sebuah kawasan yang bisa dilaksanakan di dalamnya syari'ah Islam. Memang untuk menuju cita- cita yang sangat ideal itu butuh pengorbanan yang sangat besar, mulai dari waktu , tenaga dan tentu saja finansial.
Menyangkut waktu, dakwah ini tidak cukup di berikan dengan sisa - sisa waktu saja. Sebab manakala hanya diberikan sisa - sisa waktu saja , tentu hasilnya tidak maksimal. Karenanya harus ada orang orang yang all out untuk menyiapkan seluruh waktunya dalam mempercepat laju gerakan dakwah ini. Dalam bahasa Al-Qur'an orang- orang ini adalah para Fuqara' , yaitu orang yang terikat penuh di jalan Allah untuk mengurus Agama ini. Jadi Fuqara yang dimaksud oleh Al-Qur'an itu bukanlah orang miskin. Ada perbedaan yang jelas antara miskin dengan faqir menurut Al- Qur'an. Dan kita sering keliru memberikan devinisi tentang Faqir itu. Mari kita lihat definisi yang Allah berikan tentang orang-orang Faqir itu :
" Berinfaqlah kamu sekalian kepada orang - orang Faqir, yaitu orang - orang yang terikat oleh Jihad di jalan Allah sehingga Mereka tidak dapat berusaha dimuka bumi . Orang - orang yang tidak tahu mengira mereka itu adalah orang-orang kaya, karena mereka menjaga diri dari meminta-minta. Kamu bisa mengenal mereka dengan melihat ciri-ciri mereka, mereka tidak meminta- minta dengan cara memaksa...." ( QS. Al-Baqarah : 273 )
Disinilah perlunya dakwah ini mendapatkan dukungan semua pihak. baik itu Peperintah, Swast maupun Masyarakat secara umum, dari sisi dana dan dedikasi, partisipasi dan kontribusi, finansial maupun material. Untuk itulah Yayasan Sentra Dakwah Hidayatullah Medan Sumatera Utara mengajak semua lapisan masyarakat untuk turut mengambil peranan dalam melajukan gerakan dakwah , pendidikan dan sosial di tempat ini.
Itu memancing keterlibatan semua pihak, diatas lahan seluas kurang lebih du hektar di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia inilah kami memulai derap langkah dakwah ini dengan upaya sedernaha karena keterbatasan dana, untuk membangun mushalla dari bahan kayu.
Menyangkut waktu, dakwah ini tidak cukup di berikan dengan sisa - sisa waktu saja. Sebab manakala hanya diberikan sisa - sisa waktu saja , tentu hasilnya tidak maksimal. Karenanya harus ada orang orang yang all out untuk menyiapkan seluruh waktunya dalam mempercepat laju gerakan dakwah ini. Dalam bahasa Al-Qur'an orang- orang ini adalah para Fuqara' , yaitu orang yang terikat penuh di jalan Allah untuk mengurus Agama ini. Jadi Fuqara yang dimaksud oleh Al-Qur'an itu bukanlah orang miskin. Ada perbedaan yang jelas antara miskin dengan faqir menurut Al- Qur'an. Dan kita sering keliru memberikan devinisi tentang Faqir itu. Mari kita lihat definisi yang Allah berikan tentang orang-orang Faqir itu :
" Berinfaqlah kamu sekalian kepada orang - orang Faqir, yaitu orang - orang yang terikat oleh Jihad di jalan Allah sehingga Mereka tidak dapat berusaha dimuka bumi . Orang - orang yang tidak tahu mengira mereka itu adalah orang-orang kaya, karena mereka menjaga diri dari meminta-minta. Kamu bisa mengenal mereka dengan melihat ciri-ciri mereka, mereka tidak meminta- minta dengan cara memaksa...." ( QS. Al-Baqarah : 273 )
Disinilah perlunya dakwah ini mendapatkan dukungan semua pihak. baik itu Peperintah, Swast maupun Masyarakat secara umum, dari sisi dana dan dedikasi, partisipasi dan kontribusi, finansial maupun material. Untuk itulah Yayasan Sentra Dakwah Hidayatullah Medan Sumatera Utara mengajak semua lapisan masyarakat untuk turut mengambil peranan dalam melajukan gerakan dakwah , pendidikan dan sosial di tempat ini.
Itu memancing keterlibatan semua pihak, diatas lahan seluas kurang lebih du hektar di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia inilah kami memulai derap langkah dakwah ini dengan upaya sedernaha karena keterbatasan dana, untuk membangun mushalla dari bahan kayu.
Meskipun mushalla ini terbuat dari kayu, itu tidak menjadi masalah, yang penting dakwah sudah bisa jalan. dan Alhamdulillah respon masyarakat sekitar yang konon sebelumnya adalah tempat yang kurang kondusif dari sisi moral masyarakatnya, sekarang pelan-pelan menampakkan gairah beragama yang menggembirakan.
Akhirnya Mushalla ini pun perlu perluasan sedikit, mengingat kegiatan yang di dalamnya semakin semarak dan bahkan terkadang dirasakan sudah tidak memadai. Keinginan menjadikan mushalla ini menjadi masjid sudah sering terlintas di pikiran semua teman- teman yang sering berkunjung di tempat ini. Tapi kapan realisasinya tetap kita harus berusaha keras dan mohon perkenan Allah SWT.
Akhirnya Mushalla ini pun di perluas dengan menambah teras depan, untuk menampung jama'ah perempuan sehingga ruang shalat sudah bisa di pisahkan antara laki-laki dengan perempuan. kegiatan pengajian juga bisa dilakukan di beranda mushalla yang berada di tepi danau buatan santri dan pengelola ini.
Alhamdulillah , akhirnya Mushalla mengalami perubahan dengan adanya penambahan teras. Pada akhirnya mushalla ini menjadi pusat kegiatan sekaligus menjadi sarana pertemuan-pertemuan. Inilah yang dinamakan Ajrun Ghairu mamnuun ( pahala yang berlipat ganda ) karena mushalla ini msecara otomatis menjadi bangunan serbaguna.
Tidak banyak dana yang digunakan untuk membangun mushalla sederhana ini, boleh dikata bangunan ini terwujud dari uang recehan saja. Yang menyumbang pembangunannya juga cuma dua atau tiga orang. Tetapi sesedrhana apapun mushalla ini semoga menjadi embriyo bangunan permanen di pinggir kolam yang sangat rekreatif nantinya. oleh karenanya dibutuhkan partisipasi dan kontribusi semua pihak yang diberi kelebihan oleh Allah SWt.
Tidak banyak dana yang digunakan untuk membangun mushalla sederhana ini, boleh dikata bangunan ini terwujud dari uang recehan saja. Yang menyumbang pembangunannya juga cuma dua atau tiga orang. Tetapi sesedrhana apapun mushalla ini semoga menjadi embriyo bangunan permanen di pinggir kolam yang sangat rekreatif nantinya. oleh karenanya dibutuhkan partisipasi dan kontribusi semua pihak yang diberi kelebihan oleh Allah SWt.
Sudah menjadi kebiasaab di Hidayatullah, bahwa seluruh bangunan yang ada ini dikerjakan oleh warga dan santri tanpa menggunakan jasa tukang dari luar pesantren. Tentunya dengan pertimbangan menekan pembiayaan yang memang sangat kurang. kecuali jika nantinya ada yang berkenan membantu dalam jumlah yang relatif besar, tentu akan ditangani secara lebih professinal.
Hal itu dilakukan lagi-lagi karena Yayasan Sentra dakwah Hidayatullah ( Pondok Pesantren Hidayatullah Medan Polonia ini memang sebuah wadah dakwah miliki ummat Islam. Siapapun punya kewajiban membantu proses pengembangan dan kemajuannya tanpa kecuali asal untuk mewujudkan terlaksananya syari'at Allah dan seluruh aspek kehidupan bangsa ini.
Ust. Sriyono Spd. alumnus IKIP Yogyakarta yang beralih professi menjadi tukang kayu dan tukang batu. Mengapa beliau tidak memilih menjadi pegawai negeri saja ? seperti halnya yang lain, beliau ingin merdeka melaksanakan dakwah dan tidak terikat oleh Instansi atau institusi tertentu yang membatasi gerak angkahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar