17 Januari 2010

SEBAB KEMUNDURAN KAUM MUSLIMIN

MUQADDIMAH

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعاَلَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَبَعْدُ،

Segala puji hanya milik Allah I Rabb alam semesta, dan mudah-mudahan shalawat beriring salam senantiasa tercurah kepada rasulullah Muhammad r, juga kepada keluarga, para sahabat dan siapa saja yang memberikan wala` (loyalitas) kepada beliau.

Selanjutnya,

Sesungguhnya kemunduran kaum muslimin merupakan problema yang sangat sulit dan membingungkan. Dan tidak diragukan bahwa kemunduran ini diakibatkan oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar.

Karena itu, menyelidiki sebab-sebab kemunduran tersebut dan tidak melalaikannya barang sedikit pun, adalah suatu langkah pertama untuk mengetahui sebab-sebab yang mengakibatkan datangnya kenyataan memprihatinkan (kemunduran), yang sekarang kita rasakan bersama pada berbagai daerah di dunia Islam.

Catatan ini merupakan ringkasan untuk mengetahui sebab-sebab tadi. Karena jika sebab-sebab sudah diketahui, insya Allah I kita bisa mencari jalan keluarnya.

SEBAB KEMAJUAN KAUM MUSLIMIN, HANYA KEMBALI KEPADA ISLAM:

Penyebab kemajuan Islam secara garis besar hanya kembali kepada agama Islam. Seandainya bukan karena khilaf (perselisihan) yang terulang kembali, yang merayapi kaum muslimin sejak akhir khilafah Utsman dan pada akhir khilafah Ali, pastilah mereka telah menyempurnakan penaklukan dunia, dan tak ada seorang penghalang pun yang mampu menghalangi mereka.

KAUM MUSLIMIN TELAH KEHILANGAN SEBAB YANG DULU MEMBUAT JAYA SALAF (PARA PENDAHULU) MEREKA:

Seandainya Allah I menjanjikan izzah (kejayaan atau kekuatan) atas kaum beriman dengan sekedar nama tanpa adanya amal, tentu kita bisa bertanya: Dimanakah Izzah kaum beriman yang terdapat pada ayat di bawah ini?!

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ [المنافقون/8]

“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin.” (QS. Al-Munafiqun: 8)

Saudaraku...

Renungkanlah! Jika Allah I Memfirmankan ayat di bawah ini,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَى قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ [الروم/47]

“Sesungguhnya Kami telah Mengutus sebelum kamu beberapa orang Rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa.[1] Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (QS. Ar-Ruum: 47) Dengan makna: Bahwa Dia bakal menolong mereka tanpa ada keistimewaan apa pun, selain status mereka yang beragama Islam... pastilah sangat pantas bagi kita untuk mengherankan diri dari kebinasaan yang menimpa kaum muslimin ini setelah adanya janji pertolongan yang jelas di atas.

Tetapi nas-nas yang terdapat dalam Al-Quran bukan seperti ini maksudnya. Karena Allah I tidak pernah menyalahi janji-Nya, dan Al-Quran juga tak pernah berubah. Tetapi kaum musliminlah yang telah berubah. Allah I telah memperingatkan mereka akan hal ini. Dia Berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ [الرعد/11]

“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra`du: 11)

Ketika kaum muslimin telah merubah apa yang ada pada diri mereka, maka yang sangat mengejutkan adalah ketika Allah I tidak merubah apa yang ada pada mereka. Juga menjadi sangat mengherankan ketika Allah I tidak merubah kejayaan dan kemuliaan mereka itu dengan kehinaan dan kerendahan. Justru tak adanya perubahan itu merupakan perkara yang menyalahi keadilan Ilahi.

Mana mungkin anda melihat suatu umat yang ditolong Allah I tanpa amal?!

Mana mungkin kebaikan melimpah atas mereka seperti yang menimpa nenek moyang mereka, padahal mereka telah duduk terpaku dan berhenti total dari segala kemauan keras yang dulu dijalankan oleh nenek moyangnya?! Tentunya hal ini juga menyalahi hikmah ilahiyah. Karena Allah I Dialah yang Maha perkasa dan Maha Bijaksana.

Saudaraku sekalian yang dirahmati Allah…

Ketahuilah, seandainya Allah I menolong suatu makhluk tanpa ada amal sedikit pun dari makhluk tadi, pastilah Dia I telah menolong rasul-Nya “Muhammad” tanpa amal pula. Dan tentunya Dia tidak Memerintah beliau untuk keluar berperang, berjuang dan bermati-matian. Juga tidak memerintahnya untuk mengikuti undang-undang alam dalam mencapai tujuan.

Allah I Berfirman,

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ [التوبة/111]

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 111)

Sekarang, manakah kondisi kaum muslimin dari sifat yang terdapat dalam kitabullah ini?!

Dimanakah keadaan mereka dibandingkan para pendahulu mereka yang dulu saling berlomba mendapatkan kematian demi memperoleh syahadah. Bahkan salah satu penunggang kuda mereka maju menyerang sambil mengatakan, “Sesungguhnya saya benar-benar mencium bau wangi surga.”

Tetapi pada hari ini, kaum muslimin atau kebanyakan mereka telah kehilangan semangat yang dulu terdapat pada nenek moyang mereka. Justru yang memiliki semangat ini adalah para musuh Islam. Padahal kitab suci mereka tidak pernah menyuruh mereka untuk itu.

Anda mendapati para pasukan mereka berhamburan mendatangi medan kematian secara berlomba-lomba. Lihatlah! Negara Jerman kehilangan sekitar dua juta prajurit. Dan orang-orang Prancis kehilangan satu juta empat ratus ribu (1400,000) prajuritnya. Mereka juga mengeluarkan harta yang sangat banyak untuk itu, hanya Allah I yang tahu berapa jumlah harta tersebut.

Karena itu jangan heran jika Allah I memberikan nikmat, kejayaan, dan kekayaan ini kepada mereka. Sementara Dia Mengharamkan kaum muslimin dari itu semua.

Allah I telah Berfirman,

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ [الحج/40]

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj: 40)

Dia juga Berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ [محمد/7]

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Kita semua mengetahui, bahwa Allah I tidak membutuhkan pertolongan siapa pun. Tetapi “maksud menolong Allah I” pada ayat ini adalah mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Tetapi kaum Muslimin atau kebanyakan mereka, selalu menyia-nyiakan perintah yang terdapat dalam kitab sucinya. Mereka hanya berpedoman dengan kondisi mereka sebagai kaum muslimin yang ahli tauhid untuk mewujudkan datangnya pertolongan ini. Mereka menduga bahwa tauhid saja sudah cukup tanpa harus berjihad. Baik berjihad dengan jiwa maupun harta.

Di antara mereka bahkan ada yang hanya berpedoman pada doa dan mubahalah kepada Rabbul Izzah. Karena hal itu dianggapnya lebih mudah ketimbang membunuh atau mengeluarkan harta. Seandainya sekedar dengan doa bisa mencukupkan kita dari jihad, pastilah nabi r, para sahabat, dan salaf umat ini, hanya cukup dengan doa pula.

Saudaraku...

Ketahuilah! Mereka semua adalah kelompok yang doa mereka lebih dikabulkan oleh Allah I dibanding doa kita. Seandainya cita-cita bisa diraih hanya dengan doa dan dzikir, tanpa amal dan perjuangan, pastilah undang-undang alam menjadi berkurang, dan syariat menjadi batal.

Allah I juga tidak akan berfirman,

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى [النجم/39]

“Sesungguhnya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)

Juga tidak akan Berfirman,

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ [التوبة/105]

“Katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. At-Taubah: 105)

SEBAB TERBESAR MUNDURNYA
KAUM MUSLIMIN

Kebodohan dan kurangnya ilmu:

Di antara sebab terbesar bagi mundurnya kaum muslimin adalah kekurangan ilmu. Faktor ini lebih membahayakan dibanding kebodohan yang sederhana (al-jahlu al-basiith). Karena orang yang bodoh, jika Allah I mendatangkan seorang mursyid (pembina) yang pandai kepadanya, dia bakal mentaati sang mursyid tersebut dan tidak menentangnya. Sedangkan orang yang mempunyai sedikit ilmu, maka dia tidak merasakan hal itu dan tidak menerima jika dikatakan dia tidak tahu.

Rusaknya akhlaq:

Di antara sebab terbesar yang menyebabkan mundurnya kaum muslimin, adalah hilangnya akhlaq. Hal ini dengan hilangnya banyak keistimewaan yang diperintahkan oleh Al-Qur`an kepada kaum muslimin. Juga dengan hilangnya azimah-azimah (kemauan keras) yang dibebankan para salaf kepada umat ini. Padahal dengan azimah tadi mereka bisa meraih kemenangan yang telah mereka capai. Dan akhlaq dalam membentuk umat, sangat jauh lebih baik dibanding ilmu pengetahuan.

Pengecut dan kekalutan:

Di antara penyebab terbesar bagi kemerosotan kaum muslimin adalah sifat pengecut dan selalu ketakutan, padahal dahulu mereka menjadi umat yang paling berani dan tidak takut mati. Satu orang dari mereka bisa mengalahkan sepuluh orang musuh atau bahkan sampai seratus orang. Tetapi fakta sekarang membuktikan, bahwa kebanyakan kaum muslimin telah takut akan mati. Dan rasa takut seperti ini tidak akan berkumpul dengan Islam dalam satu hati.

Kaum muslimin telah melupakan firman Allah I yang berbunyi,

وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا [النساء/104]

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya. Sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa`: 104)

Jadi, kita mestinya paling pantas untuk tidak takut mati di jalan Allah I. Sebab kita mengharap dari Allah I hal-hal yang tidak diharap dan dibayangkan oleh orang-orang kafir itu.

Putus asa dan tidak memiliki harapan:

Sekarang, telah tergabung bersama sifat pengecut dan takut mati yang telah menimpa kaum muslimin tadi... sifat putus asa dan tidak memiliki harapan kepada Allah I.

Bahkan di antara kaum muslimin sendiri, ada beberapa kelompok yang sangat meyakini bahwa kaum barat adalah yang paling tinggi dalam segalanya. Dan sesungguhnya tidak ada cara sedikit pun untuk mengalahkan mereka. Padahal ini adalah keyakinan yang diharamkan. Karena Allah I telah Berfirman bahwa Dia pasti menolong kita,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَى قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ [الروم/47]

“Sesungguhnya Kami telah Mengutus sebelum kamu beberapa orang Rasul kepada kaumnya. Mereka datang kepada kaum itu dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup jelas). Lalu Kami Melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa.[2] Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (QS. Ar-Ruum: 47)

Ini adalah janji dari Allah I. Bagaimana mungkin kita berputus asa dari rahmat Allah I.

Allah I pasti menolong dan memenangkan agama-Nya. Dia adalah sebaik-baik penolong. Tetapi Allah I meminta kita untuk mengerjakan beberapa sebab. Yaitu sebab-sebab yang telah dilaksanakan nabi Muhammad r dan para sahabat sebelum kita.

Dan hendaklah kita mengingat kembali firman Allah I dalam surat Ali Imran: 173 yang berbunyi,

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ [آل عمران/173]

“Yaitu orang-orang yang mentaati Allah dan rasul, yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali Imran: 173)

Juga firman-Nya pada surat yang sama,

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139) إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ [آل عمران/139، 140]

“Janganlah kalian bersikap lemah dan jangan pula bersedih hati, karena kalian-lah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kalian orang-orang yang beriman. Jika kalian (pada perang Uhud) mendapat luka, sesungguhnya kaum (kafir) pada perang Badar juga mendapat luka yang serupa. Dan masa kejayaan serta kehancuran itu, kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran; juga supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orang-orang kafir. Supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran: 139-140)

Cinta dunia:

Diriwayatkan dalam sunan Abi Dawud dari Tsauban secara marfu`,

((يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ اْلأُمَمُ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ. فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ))[3]

“Hampir seluruh umat saling memanggil (untuk menghancurkan kalian) seperti orang-orang dalam kondangan yang saling memanggil untuk memakan di suatu nampan besar. Maka seorang sahabat bertanya: Apakah jumlah kita saat itu sedikit? Rasulullah r menjawab: Tidak! Justru kalian pada hari itu sangat banyak. Tetapi kalian bagaikan buih dalam air bah. Dan Allah I pasti akan mencabut rasa takut terhadap kalian dari dada musuh-musuh kalian. Serta meletakkan penyakit wahan dalam hati kalian. Seorang sahabat bertanya: Wahai rasulullah! Apakah wahan itu? Beliau menjawab: Cinta dunia dan takut mati.”

Dalam hadits ini rasulullah r memberitahu kita bahwa akan datang pada kaum muslimin, suatu hari yang mereka menjadi sasaran empuk untuk dimakan. Seluruh tangan menyerang mereka dari berbagai sisi. Sebagaimana yang kita rasakan pada hari ini. Dan sebab terjadinya hal ini bukan karena kecilnya jumlah kita. Jumlah kita justru sangat besar. Tetapi jumlah yang besar ini tidak berguna sedikit pun bagi kita. Karena banyaknya jumlah tidak akan bermanfaat tanpa adanya kualitas yang baik. Sebagaimana kammiyah (jumlah yang besar) tidak pernah kaya dari kaifiyah (tata cara).

Kita mendapati bahwa sebab datangnya kelemahan... padahal jumlah kita sangat besar, adalah mencintai kehidupan dunia dan kenikmatannya yang hina. Serta mengutamakan dunia tersebut atas beramal demi agama Allah I. Lebih mengutamakannya atas beramal untuk meninggikan kalimatullah. Dan membenci kematian meski kematian itu di jalan kebenaran, karena saking serakahnya terhadap kehidupan dunia ini.

Kehilangan tsiqah (rasa percaya diri):

Juga di antara penyebab kemunduran kaum muslimin, adalah hilangnya rasa percaya diri terhadap diri sendiri. Penyebab ini merupakan penyakit sosial yang paling parah, juga merupakan penyakit rohani yang sangat menghancurkan. Dan tidaklah penyakit ini menimpa seseorang, kecuali ia bakal binasa karenanya.

Semua orang tahu, bahwa kekuatan maknawi (rohani) adalah kepala segala pengobatan. Dan di antara penyebab kesembuhan seseorang adalah keinginannya untuk sembuh. Maka, mana mungkin masyarakat Islam menjadi baik, jika seluruh penduduknya meyakini bahwa mereka tidak baik (pantas) untuk menjadi sesuatu pun, dan tidak mungkin ada sesuatu yang bisa diperbaiki oleh tangan mereka. Juga keyakinan buruknya, bahwa seandainya mereka berupaya segigih apa pun atau hanya duduk termenung, mereka tetap tidak akan mampu menghadapi kaum barat itu.

Sering bertikai dengan sesama:

Sesungguhnya di antara penyebab terbesar bagi kemunduran dan kegagalan kaum muslimin, adalah pertikaian yang sering terjadi di antara mereka. Sebagai ganti bertikai dengan para musuh, mereka justru sibuk bertikai dengan sesama dan melancarkan banyak tipu daya terhadap sebagian muslim yang lain.

Penyakit ini merupakan perkara terbesar yang bisa menghancurkan kekuatan, persatuan, dan sikap tolong menolong. Dan cukuplah bagi anda untuk merenungi surat Al-Anfal ayat 46 di bawah ini, agar menjadi jelas bagi anda betapa besar bahaya penyakit tersebut. Allah I Berfirman,

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ [الأنفال/46]

“Taatlah kepada Allah dan rasul-Nya. Janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan. Serta bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfaal: 46)

Intinya, pertikaian itu menimbulkan banyak kerugian yang besar seperti yang kita baca pada ayat mulia di atas. Seandainya kita menelitih secara baik dengan mata kita, ke barat atau ke timur, niscaya kita mendapati bahwa pertikaian sesama Muslim ini terjadi di mana-mana di hadapan mata kita. Laa haula walaa quwwata illaa billah.

Sesungguhnya yang wajib bagi kaum muslimin saat ini adalah kembali kepada puncak-puncak kejayaan. Serta maju ke depan seperti umat-umat lainnya yang telah maju. Yaitu dengan mengorbankan harta dan jiwa. Inilah yang diperintahkan Allah I kepada kita secara berulang-ulang dalam Al-Qur`an. Seperti dalam firman-Nya,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ [آل عمران/142]

“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum tampak (muncul) bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian dan belum tampak orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 142)

Juga firman-Nya,

لَكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَأُولَئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [التوبة/88]

“Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At-Taubah: 88)

Maka... tidak mungkin bagi kaum muslimin dan tidak mungkin pula bagi umat yang lain, untuk meraih kesuksesan dan kemajuan kecuali dengan pengorbanan, seperti yang telah dilakukan para pendahulu kita sebelumnya. Jika suatu umat sudah mempelajari ilmu ini, kemudian mengamalkannya, niscaya menjadi mudah bagi mereka untuk meraih segala ilmu dan pengetahuan. Juga menjadi mudah bagi mereka untuk memetik segala hasil dan tujuan.

Jika kaum muslimin bersungguh-sungguh dalam membangkitkan azimah (kemauan yang kuat) dan mengerjakan segala yang diperintahkan kitab suci mereka, niscaya sangat mungkin bagi mereka untuk mencapai kedudukan yang sudah dicapai oleh negeri-negeri barat dan timur, seperti ilmu pengetahuan dan kemajuan yang tinggi. Juga mampu untuk melindungi rahasia kejayaan mereka, yaitu agama Islam yang lurus.

Sebab, mereka adalah manusia dan kita juga manusia. Hanya saja kekurangan kita saat ini terletak pada amal, kesungguhan, pengorbanan dan pemberian. Dan satu-satunya yang membinasakan kita adalah kemalasan, hilangnya harapan, dan sikap pesimis.

Marilah kita bersama-sama mengibaskan debu keputus asaan ini. Marilah kita maju ke depan. Dan harus kita ketahui, sesungguhnya kita bisa mencapai segala cita-cita dan keinginan, jika kita mau beramal, tekun, terus maju, dan mewujudkan syarat-syarat iman yang terdapat dalam firman Allah I di bawah ini,

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ [العنكبوت/69]

“Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)

Sumber: materi daurah di ma`had Umar bin Al-Khattab Surabaya, diterjemahkan oleh Ustadz Wafi Marzuqi Ammar, Lc. M.Pd.I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar